Merdeka adalah ketika jiwa tak lagi digelayuti ketakutan, saat tangan-tangan bisa menggenggam harapan, dan langkah kaki menapaki tanah dengan keyakinan.
Merdeka bukan sekadar bebas dari penjajahan fisik atau kolonialisme yang pernah dialami bangsa ini, melainkan juga kebebasan berpikir, berkreasi, dan menentukan jalan hidup sendiri. Kemerdekaan sejati hadir ketika kita dapat hidup tanpa rasa takut, memiliki hak yang sama, dan mampu berdiri tegak dengan martabatnya.
Terjajah bukan hanya ketika tanah dirampas, bukan sekadar ketika darah ditumpahkan, tetapi saat pikiran kita dikekang, saat hati kita terbelenggu oleh nafsu, dan saat bangsa berdiri namun tak berdaya di hadapan kuasa yang membelenggu.
Namun, dalam kehidupan modern, bentuk penjajahan tidak selalu datang dengan senjata. Penjajahan bisa hadir dalam bentuk kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, bahkan ketika kita terikat oleh hawa nafsu, teknologi, atau sistem yang menindas. Jika kita tidak mampu mengendalikan diri, maka kita sesungguhnya masih hidup dalam penjajahan yang tidak kasat mata.
Merdeka atau terjajah? Pertanyaan itu bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga cermin hari ini, menjadi refleksi bagi setiap individu. Apakah kita sudah benar-benar merdeka Apakah kita sudah bebas dari kebodohan? Ataukah kita masih hidup di bawah bayang-bayang ketidakadilan yang menjelma wajah baru penjajahan?
Merdeka adalah berani berdiri di atas kaki sendiri, berani menjaga jati diri, berani menolak segala bentuk perbudakan zaman. Karena sejatinya, kemerdekaan bukan hadiah, ia adalah api yang harus dijaga, agar tak padam dimakan waktu. Merdeka atau terjajah. Pilihan itu ada di tangan kita.
Kemerdekaan sejati harus diisi dengan kerja keras, persatuan, dan tanggung jawab. Sebab, merdeka bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal untuk membangun kehidupan yang lebih adil, makmur, dan bermartabat.
Dodi satriadi
Social Icons